2 research outputs found

    Validation of Diabetes Mellitus Patient Behavior Questionnaire in Primary Health Care Service

    Get PDF
    This study aimed to develop and validation a questionnaire as measurement instrument for knowledge and adherence behavior of DM patients in primary health care. Cross sectional study design was conducted in diabetes mellitus patient. Inclusion criteria were patients in the age group 18-65 years, diagnosed with DM, receiving at least one oral antidiabetic medication. Questionnaire questions for behavioral item were developed based on Diabetes Mellitus management guidelines and references to previous studies. Evaluation and validation by expert was carried out on diabetes mellitus experts and clinical psychologists. The pilot study was conducted on 10 healthy patients and 10 patients with diabetes who enrolled inclusion criteria. Questionnaire validation test was conducted with 41 DM outpatient at PKU Muhammadiyah Hospital in Yogyakarta. Collecting data by interviewing patients based on questionnaire. Statistical analysis was performed using SPSS with Pearson correlation coefficients for validation test and Cronbach alpha coefficients for reliability test of the questionnaire. Adherence behavior questionnaire consists of 12 question items, which are divided into three domains: cognitive, affective, and psychomotor domains. Validation results showed 12 valid items where the pearson correlation value was>0.308 (n=41). Cronbach alpha as reliability test results showed 0.78. This result showed a questionnaire were valid and reliable in Diabetes Mellitus patients. This instrument would be use in primary health care for measuring adherence behavior of DM patients

    Hubungan Jumlah Obat dengan Potensial Kejadian Interaksi Obat pada Pasien Skizofrenia di Salah Satu Rumah Sakit di Kulon Progo, YOGYAKARTA

    Full text link
    Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan propinsi kedua tertinggi untuk proporsi skizofrenia di Indonesia. Terapi utama skizofrenia dengan antipsikotik tipikal maupun atipikal. Terapi kombinasi antipsikotik banyak digunakan terutama pada pasien yang kurang respon dengan monoterapi antipsikotik. Kecenderungan praktik polifarmasi, memungkinkan terjadinya potensi interaksi yang dapat meningkatkan atau menurunkan efek obat sehingga dapat merugikan pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi interaksi obat berdasarkan mekanisme, keparahan, onset, dokumentasi klinis, level signifikansi, dan hubungan antara jumlah obat dengan potensi interaksi obat. Penelitian ini merupakan observasional analitik cross sectional yang bersifat retrospektif. Sampel sebanyak 87 pasien skizofrenia periode Januari-Desember 2017. Analisis data interaksi obat berpedoman buku Tatro Drug Interaction Facts tahun 2012, Stockley's Drug Interactions tahun 2010, dan digunakan situs internet Medscape.com. Analisis data yang digunakan adalah uji chi square dan odds ratio untuk mengetahui seberapa besar potensi interaksi obat pada pasien yang memperoleh jumlah obat ≥3. Potensi interaksi obat yang paling banyak adalah haloperidol-trihexyfenidil sebanyak 56 kejadian (43,07%). Potensi interaksi paling banyak berdasarkan monografi interaksi obat yaitu, berdasarkan mekanisme farmakodinamik 110 kejadian (84,52%), tingkat keparahan moderat 100 kejadian (76,93%), onset kejadian delayed sebanyak 113 kejadian (86,92%), dokumentasi klinis suspected sebanyak 81 kejadian (62,31%), dan level signifikansi 2 sebanyak 71 kejadian (54,62%). Hasil uji chi square menunjukkan p-value 0,000 dan nilai odds ratio sebesar 14,857. Hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah obat dengan potensi interaksi obat, dengan pasien yang menerima jumlah obat ≥3 obat memiliki kemungkinan 14,857 kali lebih besar berpotensi mengalami interaksi obat
    corecore